
Seorang pencari kayu tengah menebang pohon yang berada di pinggir sungai. Selagi ia sibuk menetak batang pohon, sekonyong-konyong kapaknya terlepas dari tangan, lalu tenggelam di tengah arus sungai. Hal ini membuatnya bingung dan sedih.
Dewa Merkurius, yang melihatnya kebingungan turun ke bumi dan bertanya, “Ada masalah apa?” Kemudian ia menyelam dalam arus air dan muncul kembali dengan membawa sebuah kapak bermata emas.
“Apakah ini kapakmu yang hilang?”
“Bukan!” seru penebang kayu.
Merkurius menyelam lagi dalam sungai dan muncul kembali dengan membawa kapak bermata perak.
“Itu juga bukan!” kata penebang kayu.
Sekali lagi Merkurius menyelam dan kali ini ia bawakan kapak yang sebenarnya hilang itu. Bukan main senangnya hati si penebang kayu. Ia ucapkan terima kasih dengan setulus hati. Melihat kejujuran ini, Merkurius menghadiahkan kepadanya kapak emas dan kapak perak yang tadi ditunjukkannya.
Ketika si penebang kayu menceritakan pengalaman ini pada kawan-kawannya, salah satu di antara mereka yang bertabiat pencemburu ingin mengalami peruntungan yang sama. Ia pergi ke hutan membawa kapak, menebang pohon di pinggir sungai, dan pura-pura tak sengaja menjatuhkan kapaknya ke dalam arus sungai.
Seperti sebelumnya, Merkurius menampakkan diri. Ia menyelam dalam-dalam dan ketika kembali ia sudah membawa kapak emas. Tanpa ditanya, lelaki serakah itu berseru, “Itu kapakku! Itu kapakku!” sambil mengulurkan tangannya yang penuh minat ke arah Merkurius. Merasa sebal dan jijik melihat ketidakjujuran ini, Merkurius tidak hanya menolak memberikan kapak itu, namun juga menolak mengembalikan padanya kapak yang tadi ia jatuhkan.
Cerpen ini dimuat dalam Kumpulan Fabel karya Aesop.