Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang Bab 1

Pengantar untuk Edisi Revisi

Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang terbit pertama kali tahun 1937 dalam sebuah edisi yang hanya dicetak sebanyak lima ribu eksemplar. Baik Dale Carnegie maupun penerbit, Simon & Schuster, tidak ada yang menyangka penjualannya akan lebih dari jumlah yang sedikit ini. Mereka terkejut buku ini laris manis dalam semalam, lalu edisi demi edisi berguling di mesin cetak seiring dengan permintaan publik yang meningkat. Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang memiliki tempat dalam sejarah penerbitan sebagai salah satu bestseller internasional sepanjang masa. Buku ini mengena di hati dan memenuhi kebutuhan manusia yang lebih dari sekadar fenomena tren sesaat di era pascadepresi. Itu dibuktikan oleh penjualannya yang terus-​menerus dan tidak terputus hingga tahun delapan puluhan, hampir setengah abad kemudian.

Dale Carnegie pernah mengatakan bahwa lebih mudah menghasilkan satu juta dolar daripada membuat satu frasa bahasa Inggris. Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang telah menjadi sebuah frasa, yang dikutip, diparafrasa, dan diparodikan, yang digunakan dalam banyak konteks dari kartun politik hingga novel. Buku ini sendiri telah diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa tertulis yang diketahui. Setiap generasi merasa buku ini baru selalu dan relevan untuk zamannya.

Ini membawa kita ke pertanyaan logis: Mengapa merevisi sebuah buku yang telah terbukti dan terus membuktikan daya tariknya yang kuat dan universal? Mengapa mengganggu kesuksesan?

Untuk menjawab itu, kita harus menyadari bahwa Dale Carnegie sendiri adalah seorang perevisi karyanya sendiri yang tak kenal lelah sepanjang hidupnya. Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang ditulis untuk digunakan sebagai buku teks di kursus-​kursusnya tentang Berbicara Efektif dan Hubungan Manusia dan masih digunakan untuk kursus-​kursus itu sampai sekarang. Hingga dia tutup usia di tahun 1955, dia terus memperbaiki dan merevisi kursusnya sendiri agar selalu sesuai dengan kebutuhan publik yang selalu tumbuh dan berkembang. Dale Carnegie amat peka terhadap arus kehidupan masa kini yang terus berubah. Dia terus memperbaiki dan menyempurnakan metode pengajarannya; dia memperbarui bukunya tentang Berbicara Efektif beberapa kali. Andai umurnya lebih panjang, dia mungkin akan merevisi Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang agar lebih merefleksikan perubahan-​perubahan yang terjadi di dunia sejak tahun tiga puluhan.

Banyak nama orang-​orang terkemuka di buku ini, yang dikenal pada saat penerbitan pertama, tidak lagi dikenali oleh banyak pembaca saat ini. Contoh-​contoh dan frasa-​frasa tertentu tampak janggal dan ketinggalan zaman di iklim sosial kita seperti contoh-​contoh dan frasa-​frasa di novel zaman Victoria. Pesan penting dan dampak secara keseluruhan dari buku ini melemah karena itu.

Oleh sebab itu, tujuan kami dalam edisi revisi ini adalah untuk memperjelas dan memperkuat buku ini bagi pembaca modern tanpa merusak isinya. Kami tidak ‘mengubah’ Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang kecuali dengan melakukan sedikit pengurangan dan menambahkan sedikit contoh kontemporer. Gaya Carnegie yang jenaka dan santai masih utuh—bahkan gaya bahasa tahun tiga puluhan pun masih dipertahankan. Dale Carnegie menulis sebagaimana dia berbicara, dengan gaya yang sangat bersemangat, santai, dan cakap.

Jadi, suaranya masih kuat, dalam bukunya dan dalam karyanya. Ribuan orang di seluruh dunia sedang dilatih di kursus-​kursus Carnegie dengan jumlah yang terus bertambah setiap tahunnya. Ribuan lainnya sedang membaca dan mempelajari Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang dan terinspirasi untuk menerapkan prinsip-​prinsipnya agar hidup mereka lebih baik. Kepada mereka semua, kami menawarkan edisi revisi ini dengan tujuan untuk mengasah dan memoles potensi dalam diri manusia.

Dorothy Carnegie
(Nyonya Dale Carnegie)

 


Bagaimana Buku ini Ditulis, dan Mengapa

Selama tiga puluh lima tahun pertama abad kedua puluh, rumah-​rumah penerbitan di Amerika mencetak lebih dari seperlima juta buku berbeda. Sebagian besar dari buku-​buku ini sangat buruk, dan banyak juga yang gagal secara finansial. ‘Banyak,’ kata saya? Pemimpin dari salah satu rumah penerbitan terbesar di dunia mengaku kepada saya bahwa perusahaannya, setelah tujuh puluh lima tahun pengalaman dalam penerbitan, masih mengalami kerugian finansial pada tujuh dari setiap delapan buku yang terbit.

Lalu, mengapa saya berani menulis buku lagi? Dan, setelah saya menulisnya, mengapa Anda harus repot-​repot membacanya?

Dua-​duanya pertanyaan wajar; dan saya akan mencoba menjawabnya.

Saya telah mengadakan kursus-​kursus pendidikan sejak 1912 untuk para pebisnis dan profesional di New York. Mulanya, saya hanya mengadakan kursus berbicara di muka umum—kursus yang dirancang untuk melatih orang dewasa, dengan pengalaman nyata, untuk mampu berbicara dengan lancar dan mengungkapkan gagasan mereka dengan lebih jelas, lebih efektif, dan lebih tenang, baik dalam wawancara bisnis maupun di depan kelompok.

Tetapi secara perlahan, seiring musim berlalu, saya menyadari bahwa orang-​orang dewasa ini selain membutuhkan pelatihan dalam berbicara efektif, mereka juga membutuhkan pelatihan-​pelatihan tentang seni bergaul dalam bisnis sehari-​hari dan kontak sosial.

Saya juga perlahan menyadari bahwa saya sendiri pun sangat membutuhkan pelatihan ini. Ketika saya melihat tahun-​tahun ke belakang, saya terkejut melihat kurangnya kecakapan dan pemahaman saya sendiri. Betapa saya mengharapkan sebuah buku seperti ini ada dalam genggaman saya dua puluh tahun lalu! Itu akan menjadi anugerah yang tak ternilai!

Menghadapi orang mungkin menjadi masalah terbesar yang Anda alami, terutama jika Anda menjalankan bisnis. Ya, dan ini juga bisa dialami oleh ibu rumah tangga, arsitek, atau insinyur. Penelitian yang dilakukan beberapa tahun lalu di bawah naungan Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching mengungkap fakta yang paling penting dan paling signifikan—sebuah fakta yang kemudian dikonfirmasi oleh penelitian-​penelitian tambahan yang dilakukan di Carnegie Institute of Technology. Penelitian-​penelitian ini mengungkap bahwa bahkan dalam bidang teknik seperti keinsinyuran, sekitar 15 persen kesuksesan finansial berasal dari pengetahuan teknis seseorang dan sekitar 85 persen berasal dari keterampilan dalam menghadapi manusia—kepribadian dan kemampuan untuk memimpin orang-​orang.

Selama bertahun-​tahun, saya mengadakan kursus setiap musim di Klub Insyinyur di Philadelphia, serta kursus untuk New York Chapter dari American Institute of Electrical Engineers. Mungkin total sekitar seribu lima ratus insinyur telah lulus dari kelas saya. Para insinyur ini datang kepada saya karena mereka akhirnya menyadari, setelah bertahun-​tahun observasi dan pengalaman, staf insinyur dengan bayaran tertinggi seringkali bukan mereka yang paling tahu tentang keinsinyuran. Contohnya, seseorang bisa saja memiliki sekadar kemampuan teknis dalam keinsinyuran, akuntansi, arsitektur, atau profesi lainnya dengan gaji nominal. Tetapi seseorang yang memiliki pengetahuan teknis ditambah kemampuan mengekspresikan ide, memiliki jiwa kepemimpinan, dan membangkitkan antusiasme di antara orang-​orang—orang ini bergerak menuju daya penghasilan yang lebih tinggi.

Di puncak aktivitasnya, John D. Rockfeller mengatakan bahwa ‘kemampuan menghadapi orang itu dapat dibeli layaknya komoditas seperti gula atau kopi’. ‘Dan saya akan membayar lebih untuk kemampuan itu,’ ucap John D., ‘daripada apa pun di dunia’.

Tidakkah Anda menduga bahwa setiap kampus di muka bumi ini akan mengadakan kursus untuk mengembangkan kemampuan mahal di dunia ini? Tetapi jika memang ada satu saja kursus praktis dan masuk akal semacam itu yang diberikan kepada orang dewasa di satu kampus di muka bumi ini, artinya itu luput dari perhatian saya hingga penulisan ini.

University of Chicago dan United Y.M.C.A. Schools mengadakan survei untuk menentukan apa yang orang dewasa ingin pelajari.

Survei tersebut menghabiskan biaya sebesar $25.000 dan waktu selama dua tahun. Bagian akhir survei dibuat di Meriden, Connecticut. Tempat ini dipilih sebagai kota tipikal Amerika. Setiap orang dewasa di Meriden diwawancara dan diminta menjawab 156 pertanyaan—pertanyaan seperti ‘Apa bisnis atau profesi Anda? Pendidikan Anda? Bagaimana Anda menghabiskan waktu luang Anda? Berapa pendapatan Anda? Hobi Anda? Cita-​cita Anda? Masalah Anda? Subjek apa yang paling Anda tertarik untuk pelajari?’ Dan seterusnya. Survei ini mengungkap bahwa kesehatan adalah yang paling diminati oleh orang dewasa—dan yang kedua yang diminati adalah menghadapi orang; cara memahami dan bergaul dengan orang; cara membuat orang menyukai Anda; dan cara mengajak orang mengikuti jalan pikiran Anda.

Jadi, para peneliti yang melakukan survei ini memutuskan untuk mengadakan kursus semacam itu untuk orang-​orang dewasa di Meriden. Mereka dengan rajin mencari-​cari buku praktik tentang subjek ini tetapi tidak menemukan. Akhirnya mereka mendekati salah satu ahli terkemuka di dunia tentang pendidikan orang dewasa dan bertanya kepadanya apakah dia mengetahui ada buku yang bisa memenuhi kebutuhan kelompok ini. ‘Tidak,’ jawabnya, ‘saya tahu apa yang diinginkan orang-​orang dewasa itu, tetapi buku yang mereka butuhkan tidak pernah ditulis’.

Dari pengalaman saya, saya tahu pernyataan ini benar adanya, karena saya sendiri telah mencari-​cari selama bertahun-​tahun untuk menemukan buku petunjuk tentang hubungan manusia yang praktis dan berguna.

Karena buku seperti itu tidak ada, saya mencoba menulisnya untuk digunakan dalam kursus-​kursus saya sendiri. Dan inilah bukunya. Semoga Anda suka.

Untuk persiapan buku ini, saya membaca semua yang bisa saya temukan tentang subjek ini—semuanya dari kolom koran, artikel majalah, catatan di pengadilan keluarga, serta tulisan-​tulisan para filsuf kuno dan para psikolog baru. Selain itu, saya menyewa seorang peneliti terlatih untuk menghabiskan waktu selama satu setengah tahun di berbagai perpustakaan untuk membaca apa saja yang saya lewatkan, mengarungi buku-​buku ilmiah tebal tentang psikologi, mempelajari lebih dari ratusan artikel majalah, menggeledah biografi-​biografi yang tak terhitung jumlahnya, mencoba memastikan bagaimana para pemimpin besar di segala usia menghadapi orang-​orang. Kami membaca biografi mereka. Kami membaca kisah-​kisah kehidupan semua pemimpin besar dari Julius Caesar hingga Thomas Edison. Saya ingat bahwa kami membaca lebih dari ratusan biografi Theodore Roosevelt saja. Kami bertekad untuk tidak membuang waktu dan biaya untuk menemukan ide praktis yang siapa pun pernah gunakan selama berabad-​abad tentang mendapatkan teman dan memengaruhi orang.

Saya secara pribadi mewawancarai sejumlah orang sukses, sebagian dari mereka terkenal di dunia—para penemu seperti Marconi dan Edison; para pemimpin politik seperti Franklin D. Roosevelt dan James Farley; para pemimpin bisnis seperti Owen D. Young; bintang-​bintang film seperti Clark Gable dan Mary Pickford; serta para penjelajah seperti Martin Johnson—dan berusaha mencari tahu teknik-​teknik yang mereka gunakan dalam hubungan manusia.

Dari semua materi ini, saya menyiapkan perbincangan singkat. Saya menyebutnya ‘Bagaimana Mencari Teman dan Memengaruhi Orang’. Saya katakan ‘singkat’. Singkat di awal, tetapi kemudian meluas menjadi sebuah kuliah yang menghabiskan waktu satu jam tiga puluh menit. Selama bertahun-​tahun, saya menyampaikan perbincangan ini setiap musim kepada orang-​orang dewasa di kursus-​kursus Carnegie Institute di New York.

Saya menyampaikan perbincangan ini dan mengajak para pendengar untuk keluar dan menguji cobanya di kontak sosial dan bisnis mereka, lalu kembali ke kelas dan membahas pengalaman mereka serta hasil yang mereka dapatkan. Tugas yang amat menarik! Para orang dewasa ini, yang haus akan perbaikan diri, terkagum-​kagum oleh gagasan tentang bekerja di semacam laboratorium baru—laboratorium pertama dan satu-​satunya tentang hubungan manusia untuk orang-​orang dewasa yang pernah ada.

Buku ini tidak ditulis menggunakan makna kata yang biasa. Buku ini tumbuh layaknya seorang anak yang tumbuh dewasa. Buku ini tumbuh dan berkembang dari laboratorium itu, dari pengalaman-​pengalaman ribuan orang dewasa.

Bertahun-​tahun lalu, kami memulai dengan prinsip-​prinsip yang dicetak di kartu berukuran tidak lebih besar dari sebuah kartu pos. Musim berikutnya kami mencetak kartu yang lebih besar, kemudian selebaran, lalu sejumlah brosur, masing-​masing bertambah ukuran dan jangkauannya. Setelah lima belas tahun eksperimen dan penelitian, hadirlah buku ini.

Prinsip-​prinsip yang kami tetapkan di sini bukan sekadar teori atau tebak-​tebakan. Prinsip-​prinsip ini bekerja seperti sihir. Terdengar tidak masuk akal tetapi nyata, saya telah melihat penerapan prinsip-​prinsip ini benar-​benar merevolusi kehidupan banyak orang.

Sebagai ilustrasi: Seorang pria yang memiliki 314 pegawai mengikuti salah satu kursus ini. Selama bertahun-​tahun, dia menyetir, mengkritik, dan menyalahkan para karyawannya semaunya. Kebaikan, kata-​kata apresiasi dan penyemangat tidak dikenal oleh bibirnya. Setelah mempelajari prinsip-​prinsip yang dibahas dalam buku ini, sang pengusaha mengubah filosofi hidupnya secara drastis. Organisasinya sekarang dihiasi oleh loyalitas baru, semangat baru, semangat kerja tim baru. Tiga ratus empat belas musuh telah berubah menjadi 314 teman. Sebagaimana yang dia katakan dengan bangga dalam pidatonya di depan kelas: “Dulu jika saya berjalan-​jalan di perusahaan saya, tidak ada yang menyapa saya. Para karyawan saya benar-​benar memalingkan muka ketika melihat saya mendekat. Tetapi sekarang mereka semua menjadi teman saya dan bahkan petugas kebersihan memanggil saya dengan nama depan saya.’

Pengusaha ini mendapat untung lebih banyak, waktu luang lebih banyak, dan—yang paling penting—ia menemukan lebih banyak kebahagiaan dalam bisnisnya dan dalam keluarganya.

Banyak sekali orang sales yang penjualannya meningkat tajam setelah menggunakan prinsip-​prinsip ini. Banyak yang membuka rekening baru—rekening yang sebelumnya mereka cari dengan sia-​sia. Para eksekutif diberikan wewenang yang lebih tinggi, bayaran yang lebih tinggi. Seorang eksekutif melaporkan peningkatan gaji karena menerapkan prinsip-​prinsip ini. Seorang eksekutif lain di Philadelphia Gas Works Company, yang diancam penurunan jabatan saat usianya enam puluh lima tahun karena sifat agresifnya, karena ketidakmampuannya memimpin orang dengan terampil. Pelatihan ini tidak hanya menyelamatkannya dari penurunan jabatan tetapi memberinya promosi dengan bayaran yang lebih tinggi.

Di banyak kesempatan, pasangan-​pasangan yang menghadiri perjamuan makan di akhir kursus memberi tahu saya bahwa keluarga mereka menjadi lebih bahagia sejak suami atau istri mereka mengikuti pelatihan ini.

Orang-​orang seringkali tercengang dengan hasil yang mereka raih. Semuanya tampak seperti sihir. Pada sebagian kasus, dengan semangat, mereka menelepon saya di rumah pada hari Minggu karena tidak sabar menunggu empat puluh delapan jam untuk melaporkan pencapaian mereka pada sesi kursus reguler.

Ada seseorang yang begitu terlarut dalam perbincangan tentang prinsip-​prinsip ini sampai-​sampai dia duduk hingga malam membahasnya dengan anggota kelas lainnya. Pukul tiga dini hari, yang lainnya sudah pulang. Tetapi dia begitu terguncang menyadari kesalahannya sendiri, begitu terinspirasi oleh pemandangan dunia yang baru dan lebih kaya yang terbuka di hadapannya, hingga dia tidak bisa tidur. Dia tidak tidur malam itu, esok harinya, atau esok malamnya.

Siapakah dia? Seorang individu naif dan tidak terlatih yang siap untuk menelan teori baru yang muncul? Tidak. Jauh dari itu. Dia adalah seorang penjual karya seni yang pintar dan masa bodoh, tipikal laki-​laki yang memperhatikan penampilan, menguasai tiga bahasa, dan lulusan dua universitas Eropa.

Ketika menulis bab ini, saya menerima sebuah surat dari seorang bangsawan di Jerman, yang para leluhurnya telah melayani sebagai perwira tentara profesional selama sekian generasi di bawah dinasti Hohenzollern. Suratnya, yang ditulis di kapal uap transatlantik, bercerita tentang penerapan prinsip-​prinsip ini, yang semangatnya memuncak hingga hampir menyerupai semangat keagamaan.

Seseorang lainnya, orang New York, lulusan Harvard, seorang hartawan, pemilik pabrik karpet besar, menyatakan bahwa dari buku ini selama empat belas minggu dia mempelajari sistem pelatihan tentang seni memengaruhi orang lebih banyak dari yang dia pelajari tentang subjek yang sama selama empat tahun kuliah. Konyol? Menggelikan? Fantastis? Tentu saja, Anda berhak menolak pernyataan ini dengan kata sifat apa pun yang Anda mau. Saya semata-​mata melaporkan, tanpa mengomentari, sebuah pernyataan yang dibuat oleh seorang lulusan Harvard yang konservatif dan sukses di hadapan umum yang ditujukan kepada sekitar enam ratus orang di Yale Club di New York Kamis sore, 23 Februari 1933.

‘Dibandingkan dengan bagaimana kita seharusnya,’ ucap Profesor William James dari Harvard, ‘dibandingkan dengan bagaimana kita seharusnya, kita hanya setengah bangun. Kita hanya menggunakan satu bagian kecil dari sumber daya fisik dan mental kita. Secara umum, manusia hidup di dalam batasannya. Dia memiliki kekuatan yang beragam macamnya yang dia biasanya gagal menggunakannya’.

Kekuatan yang Anda ‘biasanya gagal menggunakannya’! Tujuan satu-​satunya buku ini adalah untuk membantu Anda menemukan, berkembang, dan mendapat untung dengan aset-​aset yang terbengkalai dan tidak digunakan itu.

‘Pendidikan,’ kata Dr. John G. Hibben, mantan rektor Princeton University, ‘adalah kemampuan untuk memenuhi situasi hidup’.

Apabila setelah Anda selesai membaca tiga bab pertama buku ini—apabila Anda tidak menjadi sedikit lebih terbekali untuk memenuhi situasi hidup, maka saya akan menganggap buku ini gagal total dalam pandangan Anda. Karena ‘tujuan besar dari pendidikan,’ ujar Herbert Spencer, ‘bukanlah pengetahuan melainkan tindakan.’

Dan ini adalah buku tindakan.

 

Dale Carnegie
1936

 


Sembilan Saran tentang Cara Memaksimalkan Manfaat dari Buku Ini

  

1

Jika Anda ingin memaksimalkan manfaat dari buku ini, ada satu syarat mutlak, satu syarat esensial yang sungguh lebih penting dari aturan atau teknik apa pun. Jika Anda tidak memiliki satu syarat fundamental ini, seribu aturan tentang cara belajar pun akan sia-​sia. Dan jika Anda memiliki karunia utama ini, Anda bisa meraih keajaiban tanpa membaca saran apa pun untuk memaksimalkan manfaat dari sebuah buku.

Apakah syarat ajaib ini? Hanya ini: keinginan yang kuat dan dalam untuk belajar, tekad yang kuat untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam menghadapi orang.

Bagaimana Anda menumbuhkan dorongan itu? Dengan terus-​menerus mengingatkan diri Anda betapa pentingnya prinsip-​prinsip ini bagi Anda. Bayangkan betapa ilmu ini akan membantu mengantarkan Anda kepada kehidupan yang lebih kaya, lebih lengkap, lebih bahagia, dan lebih makmur. Terus katakan kepada diri Anda: ‘Popularitas saya, kebahagiaan saya, dan rasa berharga saya sangat bergantung kepada keterampilan saya dalam menghadapi orang.’

2

Baca dulu setiap bab dengan cepat untuk mendapatkan perspektif umum tentang bab tersebut. Anda mungkin akan tergoda untuk buru-​buru ke bab selanjutnya. Tetapi jangan—kecuali Anda membaca semata-​mata untuk hiburan. Jika Anda membaca karena ingin meningkatkan kemampuan Anda tentang hubungan manusia, maka kembalilah dan baca ulang setiap bab dengan saksama. Dengan demikian, ini akan menghemat waktu dan memberikan hasil.

3

Sering berhenti saat membaca untuk memikirkan baik-​baik apa yang sedang Anda baca. Tanyakan pada diri Anda bagaimana dan kapan Anda bisa menerapkan masing-​masing saran.

4

Bacalah sambil memegang krayon, pensil, pulpen, atau spidol. Ketika Anda sampai pada sebuah saran yang Anda rasa bisa Anda gunakan, buatlah sebuah garis di sampingnya. Jika itu adalah saran bintang empat, garisbawahi setiap kalimat, atau tandai dengan ‘****’. Menandai dan menggarisbawahi sebuah buku menjadikannya lebih menarik, dan jauh lebih mudah untuk ditinjau dengan cepat.

5

Saya mengenal seorang wanita yang telah menjadi manajer kantor di perusahaan asuransi besar selama lima belas tahun. Setiap bulan, dia membaca semua kontrak asuransi yang diterbitkan perusahaannya bulan itu. Ya, dia membaca banyak kontrak yang sama bulan demi bulan, tahun demi tahun. Mengapa? Karena pengalaman telah mengajarinya bahwa itulah satu-​satunya cara dia bisa mengingat ketentuan-​ketentuan dengan jelas.

Saya pernah menghabiskan hampir dua tahun menulis sebuah buku tentang berbicara di muka umum tetapi saya merasa harus kembali ke belakang lagi dan lagi untuk mengingat apa yang telah saya tulis di buku saya. Kecepatan kita melupakan sesuatu memang mencengangkan.

Jadi, apabila Anda ingin mendapatkan manfaat yang nyata dan tahan lama dari buku ini, jangan bayangkan bahwa membaca cepat sekali saja akan cukup. Setelah membaca dengan saksama, Anda perlu meluangkan waktu beberapa jam untuk meninjaunya setiap bulan. Taruh buku ini di atas meja di depan Anda setiap hari. Sering-​seringlah menengoknya. Teruslah tanamkan pada diri Anda kemungkinan-​kemungkinan besar akan perbaikan yang akan segera tiba. Ingatlah bahwa penggunaan prinsip-​prinsip ini bisa menjadi kebiasaan hanya dengan perjuangan konstan dan penuh semangat untuk meninjau dan menerapkannya. Tidak ada cara lain.

6

Bernard Shawn pernah mengatakan: ‘Jika Anda mengajari seseorang, dia tidak akan pernah belajar.’ Shawn benar. Belajar adalah proses aktif. Kita belajar dengan melakukannya. Jadi, jika Anda ingin menguasai prinsip-​prinsip yang sedang Anda pelajari dalam buku ini, lakukanlah sesuatu tentang itu. Terapkan aturan-​aturan ini di setiap kesempatan. Jika Anda tidak melakukannya maka Anda akan cepat lupa. Hanya ilmu yang diamalkan yang melekat di kepala Anda.

Anda mungkin akan merasa sulit menerapkan saran-​saran ini sepanjang waktu. Saya tahu karena saya menulis buku ini, tetapi saya sering merasa sulit menerapkan semua yang saya nasihatkan. Misalnya, ketika kita merasa tidak senang, jauh lebih mudah untuk mengkritik dan menyalahkan daripada mencoba memahami sudut pandang orang lain. Seringkali lebih mudah menemukan kesalahan daripada memuji. Lebih biasa membicarakan apa yang Anda inginkan daripada membicarakan apa yang orang lain inginkan. Dan seterusnya. Jadi, ketika Anda membaca buku ini, ingatlah bahwa Anda tidak semata-​mata mencoba memperoleh informasi. Anda sedang mencoba membentuk kebiasaan baru. Ah ya, Anda sedang mencoba cara hidup yang baru. Ini akan membutuhkan waktu, kegigihan, dan penerapan sehari-​hari.

Jadi, sering-​seringlah membuka halaman-​halaman ini. Anggaplah ini sebagai buku panduan tentang hubungan manusia; dan kapan pun Anda dihadapkan dengan suatu masalah spesifik—seperti menangani seorang anak, mengajak pasangan Anda mengikuti jalan pikiran Anda, atau menenangkan pelanggan yang kesal—bimbang untuk melakukan hal yang wajar, hal yang impulsif. Ini biasanya salah. Alih-​alih, bukalah halaman-​halaman ini dan tinjau paragraf-​paragraf yang telah Anda garisbawahi. Kemudian cobalah cara-​cara baru ini dan perhatikan keajaiban yang akan menghampiri Anda.

7

Tawari pasangan Anda, anak Anda, atau rekan bisnis Anda sepuluh sen atau satu dolar setiap kali mereka mendapati Anda melanggar satu prinsip tertentu. Buatlah permainan seru dalam menguasai aturan-​aturan ini.

8

President bank Wall Street pernah menjelaskan, dalam sebuah perbincangan sebelum salah satu kelas saya dimulai, sebuah sistem yang sangat efisien yang digunakannya untuk perbaikan diri. Pria ini hanya mengenyam sedikit sekolah formal; tetapi dia telah menjadi salah satu ahli keuangan paling penting di Amerika, dan dia mengakui bahwa dia meraih sebagian besar kesuksesannya berkat penerapan konstan dari sistem buatan sendiri. Inilah yang dia lakukan. Saya akan menuliskannya dengan kata-​katanya sendiri seakurat yang bisa saya ingat.

‘Selama bertahun-​tahun saya telah menyimpan sebuah buku perjanjian yang mencatat semua janji temu yang saya buat dalam sehari itu. Keluarga saya tidak pernah membuat rencana apa pun untuk saya di Sabtu malam, karena keluarga saya tahu bahwa saya mendedikasikan bagian dari setiap Sabtu malam saya untuk proses pencerahan berupa pemeriksaan, peninjauan, dan penghargaan diri. Setelah makan malam saya pergi sendiri, membuka buku perjanjian saya, dan memikirkan baik-​baik semua wawancara, diskusi, dan rapat yang terjadi selama satu minggu. Saya bertanya kepada diri saya:

”Kesalahan apa yang saya buat saat itu?”

”Apa hal benar yang saya lakukan—dan dengan cara apa saya bisa meningkatkan performa saya?”

“Apa yang bisa saya pelajari dari pengalaman itu?”

‘Saya sering merasa bahwa tinjauan mingguan ini membuat saya sangat tidak senang. Saya sering tercengang dengan kekeliruan saya sendiri. Kadang saya cenderung sedikit menepuk punggung saya sendiri setelah salah satu sesi ini. Sistem analisis diri, edukasi diri ini, yang berlanjut tahun demi tahun, lebih memberi efek kepada saya dibanding hal lainnya yang pernah saya coba.

‘Ini membantu saya meningkatkan kemampuan saya dalam membuat keputusan—dan ini sangat membantu saya dalam berhubungan dengan orang-​orang. Saya sangat merekomendasikannya.’

Mengapa tidak menggunakan sistem serupa untuk memeriksa penerapan prinsip-​prinsip yang dibahas di buku ini? Jika Anda melakukannya, akan ada dua hasil.

Pertama, Anda akan mendapati diri Anda menikmati proses edukasi yang menggugah dan tak ternilai.

Kedua, Anda akan menemukan bahwa kemampuan Anda menemui dan menghadapi orang akan tumbuh dengan pesat.

9

Anda akan menemukan di akhir buku ini beberapa halaman kosong yang bisa Anda tuliskan tentang keberhasilan Anda dalam menerapkan prinsip-​prinsip ini. Tuliskan secara spesifik. Beri nama, tanggal, hasil. Menyimpan catatan seperti ini akan membuat Anda semakin semangat berusaha; dan betapa mengasyikkannya catatan-​catatan ini ketika Anda membacanya suatu malam bertahun-​tahun dari sekarang!

Untuk memaksimalkan manfaat dari buku ini:

Tumbuhkan keinginan yang kuat dan dalam untuk menguasai prinsip-​prinsip hubungan manusia.

Baca setiap bab dua kali sebelum lanjut ke bab berikutnya.

Ketika membaca, sering-​seringlah berhenti untuk bertanya kepada diri Anda bagaimana Anda bisa menerapkan setiap saran.

Garisbawahi setiap gagasan penting.

Tinjau buku ini setiap bulan.

Terapkan prinsip-​prinsip ini di setiap kesempatan. Gunakan buku ini sebagai buku panduan untuk membantu Anda menyelesaikan masalah sehari-​hari.

Buatlah permainan seru untuk belajar dengan menawari teman sepuluh sen atau satu dolar setiap kali mereka mendapati Anda melanggar salah satu prinsip ini.

Periksa setiap minggu progres yang Anda buat. Tanyakan pada diri Anda kesalahan apa yang Anda buat, peningkatan apa, pelajaran apa yang Anda pelajari untuk masa depan.

Tulis catatan di belakang buku ini yang menunjukkan bagaimana dan kapan Anda telah menerapkan prinsip-​prinsip ini.


BAGIAN SATU

TEKNIK-​TEKNIK MENDASAR DALAM MENANGANI ORANG

 ***

 

Bab Satu

‘Jika Anda Ingin Mendapat Madu, Jangan Menendang Sarang Lebah’

 

Pada 7 Mei 1931, perburuan penjahat yang paling sensasional di New York sampai pada klimaksnya. Setelah berminggu-​minggu pencarian, ‘Two Gun’ Crowley—si perampok bersenjata yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras—berada di sebuah teluk, terperangkap di dalam apartemen kekasihnya di West End Avenue.

Seratus lima puluh polisi dan detektif mengepung tempat persembunyiannya hingga ke lantai atas. Mereka membuat lubang di atapnya; mereka berusaha mengeluarkan Crowley, si ‘pembunuh polisi’, dengan gas air mata. Mereka mengangkat senapan mesin mereka di sekeliling gedung, dan selama lebih dari satu jam salah satu area perumahan elit di New York bergema dengan ledakan pistol dan dentuman senapan mesin. Crowley, yang meringkuk di balik sofa, tak henti-​hentinya menembaki polisi. Sepuluh ribu orang bersemangat menyaksikan pertarungan ini. Tidak pernah ada pemandangan seperti ini sebelumnya di jalanan di New York.

Begitu Crowley tertangkap, Komisaris Polisi E.P, Mulrooney menyatakan bahwa bandit Dua-​Pistol itu adalah salah satu pelaku kriminal paling berbahaya yang pernah ada dalam sejarah New York. ‘Dia akan membunuh,’ ujar sang Komisaris, ‘tanpa berpikir panjang.’

Namun, bagaimana ‘Two Gun’ Crowley menganggap dirinya sendiri? Kita tahu, karena ketika polisi sedang menembaki apartemennya, dia menulis surat yang ditujukan ‘Kepada siapa saja yang membaca.’ Dan, selagi dia menulis, darah yang mengalir dari lukanya meninggalkan noda merah tua di kertas. Di surat ini Crowley mengatakan: ‘Di balik jaketku ada hati yang lelah, tetapi hati yang baik—hati yang tidak akan membahayakan siapa pun.’

Sesaat sebelum ini, Crowley telah mengadakan pesta kencan dengan pacarnya di jalan desa di Long Island. Tiba-​tiba seorang polisi berjalan menghampiri mobilnya dan berkata: ‘Tunjukkan SIM Anda.’

Tanpa sepatah kata pun, Crowley menarik pistolnya dan menghujaninya dengan tembakan peluru hingga tewas. Setelah polisi itu terjatuh, Crowley melompat keluar dari mobil, merampas pistol sang polisi, lalu menembaki lagi tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Dan itulah pembunuh yang mengatakan: ‘Di balik jaketku ada hati yang lelah, tetapi hati yang baik—hati yang tidak akan membahayakan siapa pun.’

Crowley dihukum mati di kursi listrik. Begitu dia sampai di rumah kematian di Sing Sing, apakah dia mengatakan, ‘Ini balasan yang saya dapatkan karena membunuh orang’? Tidak, dia mengatakan: ‘Ini balasan yang saya dapatkan karena membela diri.’

Inti dari cerita ini adalah: ‘Two Gun’ Crowley tidak merasa bersalah atas apa pun.

Apakah itu sikap yang tidak biasa di antara pelaku kriminal? Jika Anda berpikir demikian, dengarkan ini:

‘Saya telah menghabiskan tahun-​tahun terbaik dalam hidup saya memberikan kesenangan yang lebih ringan kepada orang-​orang, membantu mereka bersenang-​senang, tapi yang saya dapatkan adalah pelecehan, menjadi orang yang diburu.’

Itulah yang dikatakan Al Capone. Ya, Musuh Publik yang paling terkenal di Amerika—ketua geng paling jahat yang pernah membantai Chicago. Capone tidak merasa bersalah. Dia malah menganggap dirinya sebagai dermawan publik—seorang dermawan publik yang tidak dihargai dan tidak dipahami.

Dan begitu juga Dutch Schultz sebelum dia ambruk oleh peluru para bandit di Newark. Dutch Schultz, salah satu mafia paling terkenal di New York, mengatakan di sebuah wawancara koran bahwa dia adalah seorang dermawan publik, dan dia memercayainya.

Saya pernah saling mengirim surat dengan Lewis Lawes, seorang sipir penjara Sing Sing yang tidak terkenal di New York selama bertahun-​tahun, membahas subjek ini, dan dia menyatakan bahwa ‘hanya sedikit kriminal di Sing Sing menganggap diri mereka sebagai orang jahat. Mereka hanya manusia seperti kita. Jadi, mereka memberi penjelasan rasional. Mereka bisa menjelaskan mengapa mereka harus membobol brankas atau cepat-​cepat menarik pelatuk. Kebanyakan mereka mencoba menjelaskan dalam bentuk nalar, logis atau tidak logis, untuk membenarkan tindakan antisosial mereka bahkan kepada diri mereka sendiri, kemudian dengan gagah menyatakan bahwa mereka seharusnya tidak pernah dipenjara sama sekali.’

Jika Al Capone, ‘Two Gun’ Crowley, Dutch Schultz, dan para pelanggar hukum yang mendekam di penjara tidak merasa bersalah atas apa pun—bagaimana dengan orang-​orang yang berhubungan dengan kita?

John Wanamaker, pendiri toko-​toko di Amerika yang menyandang namanya, pernah mengaku: ‘Tiga puluh tahun lalu saya belajar bahwa mencaci maki adalah tindakan bodoh. Saya cukup kesulitan mengatasi keterbatasan saya sendiri tanpa mencemaskan fakta bahwa Tuhan tidak membagikan karunia kecerdasan dengan rata.’

Wanamaker mempelajari hal ini dari awal, tetapi saya secara pribadi harus melakukan kesalahan di dunia yang sudah tua ini selama sepertiga abad sebelum jelas bagi saya bahwa sembilan puluh sembilan dari seratus kali, orang-​orang tidak menyalahkan diri mereka atas apa pun tak peduli sesalah apa pun itu.

Kritik itu sia-​sia karena menempatkan seseorang pada posisi defensif dan biasanya berusaha keras membenarkan diri mereka. Kritik itu berbahaya, karena melukai harga diri seseorang, menyakiti rasa berartinya, dan membangkitkan kebencian.

B.F. Skinner, psikolog ternama, membuktikan melalui eksperimennya bahwa hewan yang dihargai karena telah bersikap baik akan belajar lebih cepat dan mengingat apa yang dipelajari dengan lebih efektif daripada hewan yang dihukum karena bersikap buruk. Penelitian-​penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa hal yang sama berlaku pada manusia. Dengan mengkritik, kita tidak membuat perubahan yang tahan lama dan seringkali menimbulkan kebencian.

Hans Seyle, psikolog hebat lainnya, berkata, ‘Kita haus akan pujian sebanyak kita takut akan penyalahan.’

Kebencian yang ditimbulkan oleh kritik dapat menurunkan moral para karyawan, anggota keluarga, dan teman, tapi tetap tidak memperbaiki situasi yang telanjur dibenci.

George B. Johnston dari Enid, Oklahoma, adalah seorang koordinator keamanan untuk sebuah perusahaan teknik. Salah satu tanggung jawabnya adalah mengawasi para pegawai memakai helm keselamatan ketika bekerja di lapangan. Dia melaporkan bahwa ketika dia melewati pekerja yang tidak memakai helm keselamatan, dia akan menceramahi mereka dengan banyak otoritas peraturan dan bahwa mereka harus mematuhinya. Akibatnya, para pekerja itu akan menerima dengan wajah cemberut, dan seringkali setelah dia pergi, mereka kembali melepas helmnya.

Dia memutuskan mencoba pendekatan baru. Berikutnya ketika dia mendapati sebagian pekerja tidak mengenakan helm keselamatan, dia bertanya apakah helmnya tidak nyaman atau tidak pas. Kemudian dia mengingatkan pekerja itu dengan nada suara yang ramah bahwa helm keselamatan itu dirancang untuk melindungi mereka dari cedera dan menyarankan agar helm itu selalu dikenakan. Hasilnya adalah kepatuhan terhadap peraturan yang bertambah tanpa kebencian maupun kekesalan.

Anda akan menemukan contoh-​contoh kesia-​siaan kritik bertebaran di ribuan halaman sejarah. Misalnya, pertarungan terkenal antara Theodore Roosevelt dan Presiden Taft—sebuah pertarungan yang memecah partai Republik, menempatkan Woodrow Wilson di Gedung Putih, dan mencetuskan Perang Dunia Pertama, serta mengubah alur sejarah. Mari kita tinjau fakta ini dengan cepat. Ketika Theodore Roosevelt hengkang dari Gedung Putih pada 1908, dia mendukung Taft, presiden terpilih. Kemudian Roosevelt berangkat ke Afrika untuk berburu singa. Ketika kembali, dia mengamuk. Dia menyerang Taft karena pandangan konservatifnya, berusaha mengamankan nominasi dirinya untuk ketiga kali, membentuk partai Bull Moose, dan nyaris menghancurkan partai G.O.P. Di pemilihan berikutnya, William Howard Taft dan partai Republik hanya mendapat dukungan dari dua negara—Vermont dan Utah. Kekalahan paling tragis yang dialami partai itu.

Theodore Roosevelt menyalahkan Taft, tetapi apakah Presiden Taft menyalahkan dirinya? Tentu saja tidak. Dengan berurai airmata, Taft mengatakan: ‘Saya tidak mengerti bagaimana bisa saya melakukannya dengan berbeda dari sebelumnya.’

Siapakah yang harus disalahkan? Roosevelt atau Taft? Jujur, saya tidak tahu, dan saya tidak peduli. Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa semua kritik Theodore Roosevelt tidak membuat Taft merasa bersalah. Itu hanya membuat Taft berusaha keras membenarkan diri dan mengulangi pernyataannya dengan berurai airmata: ‘Saya tidak mengerti bagaimana bisa saya melakukannya dengan berbeda dari sebelumnya.’

Atau, ambil contoh skandal minyak Teapot Dome. Berita ini tidak henti-​hentinya muncul di surat kabar dengan nada kejengkelan di awal 1920an. Skandal ini mengguncang negeri! Sepanjang ingatan manusia, tidak pernah terjadi hal seperti ini di kehidupan masyarakat Amerika sebelumnya. Beginilah fakta sesungguhnya skandal ini: Albert B. Fall, menteri dalam negeri di kabinet Harding, dipercayakan dalam penyewaan tempat cadangan minyak pemerintah di Elk Hill dan Teapot Dome—cadangan minyak yang telah dicadangkan untuk digunakan di masa yang akan datang oleh Angkatan Laut. Apakah Menteri Fall mengizinkan tawar-​menawar yang kompetitif? Tidak. Dia menyerahkan kontrak yang gemuk dan empuk itu kepada Edward L. Doheny. Lalu apa yang Doheny lakukan? Dia memberikan Menteri Fall sesuatu yang dia dengan senang menyebutnya ‘pinjaman’ sejumlah seratus ribu dolar. Kemudian, dengan sewenang-​wenang, Menteri Fall memerintah Angkatan Laut Amerika Serikat memasuki distrik untuk menyingkirkan para kompetitor yang sumur-​sumur di sebelahnya menyedot minyak dari cadangan Elk Hill. Para kompetitor ini, tersingkir dari tanah mereka di ujung pistol dan bayonet, bergegas ke pengadilan—dan menyingkap tabir skandal Teapot Dome. Bau busuk yang keji menyeruak hingga menghancurkan Pemerintahan Harding, memualkan seantero negeri, mengancam untuk mencelakakan partai Republik, dan menjebloskan Albert B. Fall ke balik jeruji besi.

Fall dikutuk habis-​habisan—dikutuk secara hebat oleh masyarakat. Apakah dia menyesali perbuatannya? Tidak pernah! Bertahun-​tahun kemudian, Herbert Hoover menyatakan dalam sebuah pidato umum bahwa kematian Presiden Harding disebabkan oleh kecemasan dan kekhawatiran mental karena seorang teman telah mengkhianatinya. Ketika Nyonya Fall mendengar hal itu, dia bangkit dari kursi, menangis, marah, dan berteriak: ‘Apa? Harding dikhianati oleh Fall? Tidak! Suami saya tidak pernah mengkhianati siapa pun. Seluruh gedung mewah ini tidak menggoda suami saya untuk melakukan kesalahan. Suami sayalah yang dikhianati dan digiring menuju pembantaian dan penganiayaan.’

Ini dia; tabiat manusia, pembuat kesalahan, menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri. Kita semua seperti itu. Jadi, ketika kita tergoda untuk mengkritik seseorang di kemudian hari, ingatlah Al Capone, ‘Two Gun’ Crowley, dan Albert Fall. Mari kita sadari bahwa kritik itu seperti merpati pos. Mereka selalu kembali pulang. Mari kita sadari bahwa orang yang akan kita koreksi atau salahkan mungkin hanya akan membenarkan diri, dan balas menyalahkan kita; atau, seperti yang Pak Taft katakan: ‘Saya tidak mengerti bagaimana bisa saya melakukannya dengan berbeda dari sebelumnya.’

Di pagi hari pada 15 April 1865, Abraham Lincoln sedang sekarat di kamar aula di sebuah rumah penginapan murah tepat di seberang jalan Teater Ford, tempat John Wilkes Booth menembaknya. Tubuh jenjang Lincoln merentang secara diagonal di tempat tidur reyot yang terlalu pendek untuknya. Lukisan tiruan The Horse Fair karya Rosa Bonheur yang terkenal menggantung di atas tempat tidur, dan sebuah lampu petromak suram berkedip-​kedip dengan cahaya kuning.

Ketika Lincoln tengah berbaring sekarat, Menteri Perang Stanton berkata, ‘Di sana berbaring seorang penguasa paling sempurna yang pernah ada di dunia.’

Apa rahasia keberhasilan Lincoln dalam menghadapi orang? Saya menghabiskan sepuluh tahun mempelajari kehidupan Abraham Lincoln dan mendedikasikan seluruh tiga tahun untuk menulis dan menulis ulang sebuah buku berjudul Lincoln the Unknown. Saya yakin telah mempelajari secara detail dan mendalam tentang kepribadian dan kehidupan sehari-​hari Lincoln semaksimal mungkin. Saya membuat penelitian spesial tentang metode Lincoln menghadapi orang. Apakah dia senang mengkritik? Oh, ya. Sebagai seorang lelaki muda di Pigeon Creek Valley di Indiana, dia tidak hanya mengkritik tetapi juga menulis surat dan puisi yang mengolok-​olok orang-​orang dan menyebarkan surat-​surat ini di jalanan kota yang pasti akan ditemukan. Salah satu dari surat ini membangkitkan kebencian yang membara seumur hidup.

Bahkan setelah Lincoln menjadi pengacara praktik di Springfield, Illionis, dia menyerang lawannya secara terbuka di surat yang terbit di surat kabar. Tetapi ini berakibat buruk.

Di musim gugur tahun 1842 dia mengolok-​olok seorang politisi yang garang dan angkuh bernama James Shields. Lincoln menyerangnya melalui sebuah surat anonim yang terbit di Jurnal Springfield. Tawa bergemuruh di seluruh kota. Shields, yang sensitif dan sombong, mendidih oleh kemarahan. Dia menemukan siapa yang menulis surat itu, melompat ke atas kudanya, mulai mengejar Lincoln, dan menantangnya berduel. Lincoln tidak ingin berkelahi. Dia menentang duel, tetapi dia tidak bisa mengelak dan menyelamatkan kehormatannya. Dia diberi pilihan senjata. Karena tangannya panjang, dia memilih pedang kavaleri dan belajar bertarung menggunakan pedang dengan seorang lulusan West Point; dan, pada hari yang sudah ditentukan, dia dan Shields bertemu di pesisir Sungai Mississippi, siap untuk bertarung hingga mati; tetapi, di menit terakhir, para pendukung mereka menginterupsi dan menghentikan duel itu.

Ini adalah insiden personal paling mengerikan dalam hidup Lincoln. Ini memberinya sebuah pelajaran tak ternilai tentang seni menghadapi orang. Dia tidak pernah lagi menulis surat yang menghina. Dia tidak lagi mengolok-​olok siapa pun. Dan sejak saat itu, dia hampir tidak pernah mengkritik siapa pun untuk alasan apa pun.

Berkali-​kali, selama Perang Sipil, Lincoln mengangkat jenderal baru sebagai kepala Pasukan Potomac, dan masing-​masing secara bergiliran—McClellan, Pope, Burnside, Hooker, Meade—melakukan kesalahan dengan tragis dan membuat Lincoln gelisah serta putus asa. Separuh negeri mengutuk para jenderal yang tidak kompeten ini dengan keji, tetapi Lincoln, ‘tanpa kejahatan kepada siapa pun, bermurah hati kepada semuanya,’ menjaga dirinya tetap tenang. Salah satu kutipan favoritnya adalah ‘Jangan menghakimi agar kau tidak dihakimi.’

Dan ketika Nyonya Lincoln dan yang lainnya berbicara dengan kasar tentang orang-​orang selatan, Lincoln membalas: ‘Jangan kritik mereka, kita akan seperti mereka dalam situasi yang sama.’

Namun, apabila ada seseorang yang memiliki kesempatan untuk mengkritik, pasti itu adalah Lincoln. Mari ambil contoh salah satu ilustrasi:

Pertempuran Gettysburg berlangsung selama tiga hari pertama di bulan Juli tahun 1863. Selama malam tanggal 4 Juli, Lee mulai mundur ke selatan ketika awan badai membanjiri kota dengan hujan. Ketika Lee tiba di Potomac bersama pasukannya yang kalah, dia menemui sungai besar yang tidak bisa dilewati di hadapannya, sedangkan Pasukan Union yang menang ada di belakangnya. Lee terjebak. Dia tidak bisa lari. Lincoln melihat itu. Inilah kesempatan emas dari surga—kesempatan untuk menangkap pasukan Lee dan menghentikan perang saat itu juga. Jadi, dengan harapan yang menggelora, Lincoln memerintah Meade untuk tidak mengadakan perundingan perang tetapi langsung menyerang Lee. Lincoln menelegram perintahnya kemudian mengirim utusan khusus kepada Meade untuk menuntut tindakan langsung.

Apa yang dilakukan Jenderal Meade? Dia melakukan hal yang sangat berlawanan dengan apa yang diperintahkan. Dia mengadakan perundingan perang yang jelas melanggar perintah Lincoln. Dia bimbang. Dia menunda-​nunda. Dia menelegram segala macam alasan. Dia menolak langsung menyerang Lee. Akhirnya air sungai surut dan Lee kabur dari Potomac bersama pasukannya.

Lincoln murka. ‘Apa maksudnya ini?’ teriak Lincoln kepada putranya Robert. ‘Ya Tuhan! Apa maksudnya ini? Mereka sudah ada dalam genggaman kita, kita hanya perlu merentangkan tangan dan mereka menjadi milik kita; tetapi tidak ada yang bisa saya katakan atau lakukan sehingga bisa membuat pasukan itu bergerak. Dalam keadaan ini, hampir setiap jenderal bisa mengalahkan Lee. Jika saya ke sana, saya bisa mengalahkannya sendiri.

Dengan kekecewaan getir, Lincoln duduk dan menulis surat berikut kepada Meade. Dan ingatlah, di periode kehidupannya ini Lincoln sangat konservatif dan keras kepala. Jadi, surat yang berasal dari Lincoln di tahun 1863 ini setara dengan kemarahan terhebatnya.

 

Jenderal yang terhormat,

Saya tidak percaya Anda menyadari besarnya kerugian yang terjadi karena kelolosan Lee. Dia berada dalam genggaman kita, dan sehubungan dengan keberhasilan-keberhasilan kita yang terdahulu, mendekatinya akan mengakhiri perang. Kalau begini, perang akan berlangsung lama tak berkesudahan. Apabila Anda tidak bisa menyerang Lee dengan aman Senin lalu, bagaimana mungkin Anda bisa menyerangnya di selatan sungai, sementara Anda hanya bisa membawa sedikit—tidak lebih dari dua pertiga pasukan yang saat itu bersama Anda? Ini tidak masuk akal dan saya tidak menduga bahwa Anda sekarang bisa berpengaruh banyak. Kesempatan emas Anda hilang, dan saya luar biasa tertekan karenanya.

Menurut Anda, apa yang Meade lakukan ketika membaca surat ini?

Meade tidak pernah melihat surat itu. Lincoln tidak pernah mengirimnya. Surat itu ditemukan di antara tumpukan kertas-​kertasnya setelah kematiannya.

Tebakan saya adalah—dan ini hanya tebakan—bahwa setelah menulis surat itu, Lincoln menatap ke luar jendela dan berkata kepada dirinya sendiri, ‘Sebentar. Mungkin saya tidak perlu begitu tergesa-​gesa. Cukup mudah bagi saya duduk di sini di keheningan Gedung Putih dan memerintah Meade untuk menyerang; tetapi jika saya ada di Gettysburg, dan jika saya melihat darah sebanyak yang Meade lihat selama minggu lalu, dan jika telinga saya dipekakkan oleh jeritan dan pekikan mereka yang terluka dan sekarat, mungkin saya juga tidak akan berhasrat untuk menyerang. Jika saya ketakutan seperti Meade, mungkin saya akan melakukan apa yang dia lakukan. Bagaimanapun, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Jika saya mengirim surat ini, ini akan meringankan beban saya, tetapi akan membuat Meade berusaha membela diri. Ini akan membuatnya menyalahkan saya. Ini akan menimbulkan kebencian, merusak semua rasa bergunanya sebagai seorang komandan, dan mungkin mendorongnya mengundurkan diri dari angkatan darat.’

Jadi, seperti yang telah saya katakan, Lincoln menyingkirkan surat itu, karena dia telah belajar dari pengalaman pahit bahwa kritik dan umpatan tajam hampir selalu berakhir berakhir sia-​sia.

Theodore Roosevelt mengatakan bahwa ketika dia, sebagai Presiden, dihadapkan dengan masalah yang membingungkan, dia biasanya duduk bersandar dan menatap lukisan besar Lincoln yang menggantung di atas meja kerjanya di Gedung Putih lalu bertanya kepada dirinya sendiri, ‘Apa yang akan Lincoln lakukan jika dia menjadi saya? Bagaimana dia akan menyelesaikan masalah ini?’

Mark Twain kadang hilang kesabaran dan menulis surat dengan gaya bahasa yang pedas. Sebagai contoh, dia pernah menulis untuk seseorang yang membuatnya marah: ‘Anda pantas mendapatkan izin penguburan. Anda hanya perlu berbicara dan saya akan melihat Anda mendapatkan izin itu.’ Di kesempatan lain dia menulis untuk seorang editor tentang proofreader yang mencoba ‘memperbaiki ejaan dan tanda baca.’ Dia memerintah: ‘Mulai sekarang biarkan saja sesuai salinan saya dan lihatlah proofreader itu menahan sarannya dalam lumatan otaknya yang busuk.’

Menulis surat-​surat yang pedas ini membuat Mark Twain merasa lebih baik. Tulisan-​tulisan ini membiarkannya meluapkan emosinya, dan surat-​surat ini tidak benar-​benar berbahaya, karena istri Mark diam-​diam mengeluarkannya dari kotak surat. Surat-​surat ini tidak pernah terkirim.

Apakah Anda mengetahui seseorang yang ingin Anda ubah, atur, dan perbaiki? Bagus! Itu bagus. Saya sangat mendukungnya. Tetapi mengapa tidak dimulai dari diri Anda sendiri? Dari sudut pandang yang sangat egois, itu jauh lebih menguntungkan daripada berusaha memperbaiki orang lain—ya, dan jauh lebih tidak berbahaya. ‘Jangan keluhkan salju di atap rumah tetanggamu,’ kata Konfusius, ‘padahal terasmu saja tidak bersih.’

Sewaktu saya masih muda dan berusaha mengesankan orang-​orang, saya nekat menulis surat untuk Richard Harding Davis, seorang penulis yang pernah melambung di cakrawala sastra Amerika. Saat itu saya sedang mempersiapkan sebuah artikel majalah tentang para penulis, dan saya meminta Davis menceritakan metode kerjanya. Beberapa minggu sebelumnya, saya menerima surat dari seseorang dengan catatan ini di bawahnya: ‘Didikte tetapi tidak dibaca.’ Saya lumayan terkesan. Saya merasa bahwa penulis pasti sangat sibuk dan penting. Saya sedikit pun tidak sibuk, tetapi saya ingin sekali membuat Richard Harding Davis terkesan, jadi saya mengakhiri catatan singkat saya dengan kata-​kata: ‘Didikte tetapi tidak dibaca.’

Dia tidak pernah keberatan membalas surat itu. Dia mengembalikannya kepada saya dengan coretan ini di bawahnya: ‘Sikap buruk Anda hanya dilampaui oleh sikap buruk Anda.’ Benar, saya telah membuat kesalahan besar, dan mungkin saya pantas mendapatkan teguran ini. Tetapi, sebagai manusia, saya membencinya. Saya sangat membencinya sampai-​sampai ketika saya membaca tentang kematian Richard Harding Davis sepuluh tahun kemudian, satu pikiran yang masih menetap di kepala saya—saya malu mengakuinya—adalah sakit hati yang dia berikan kepada saya.

Jika kita ingin menghasilkan sebuah kebencian di esok hari yang akan tertanam selama puluhan tahun dan terus ada sampai mati, mari kita puaskan diri dalam sedikit kritik pedas—tak peduli seyakin apa pun bahwa kritik itu dibenarkan.

Saat menghadapi orang, ingatlah kita tidak sedang menghadapi makhluk logis. Kita sedang menghadapi makhluk emosional, makhluk yang penuh dengan prasangka dan termotivasi oleh kesombongan dan keangkuhan.

Kritik pedas menyebabkan si sensitif Thomas Hardy, salah satu penulis novel terbaik yang memperkaya sastra Inggris, berhenti selamanya menulis fiksi. Kritik membuat Thomas Chatterton, penyair Inggris, bunuh diri.

Benjamin Franklin, yang sembrono di masa mudanya, menjadi begitu diplomatis, begitu lihai menangani orang, sehingga diangkat menjadi Duta Besar Amerika untuk Prancis. Rahasia kesuksesannya? ‘Saya tidak mau berbicara buruk tentang siapa pun,’ katanya, ‘ … dan membicarakan semua kebaikan yang saya tahu tentang semua orang.’

Orang bodoh mana pun bisa mengkritik, menyalahkan, dan mengeluh—dan sebagian besar orang bodoh melakukannya.

Tetapi diperlukan karakter dan pengendalian diri untuk memahami dan memaafkan.

‘Orang hebat menunjukkan kehebatannya,’ kata Carlyle, ‘dari cara dia memperlakukan orang-​orang biasa.’

Bob Hoover, seorang pilot uji terkenal dan sering tampil di pertunjukan udara, sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Los Angeles dari sebuah pertunjukan udara di San Diego. Sebagaimana dideskripsikan di majalah Flight Operations, di ketinggian sembilan puluh meter di udara, mesinnya tiba-​tiba mati. Dengan manuver cekatan dia berhasil mendaratkan pesawat, tetapi pesawatnya rusak parah meski tidak ada yang terluka.

Tindakan pertama Hoover setelah pendaratan mendadak ini adalah memeriksa bahan bakar pesawat. Sebagaimana yang dia duga, pesawat baling-​baling Perang Dunia II yang diterbangkannya berbahan bakar jet alih-​alih bensin.

Sekembalinya ke bandara, dia meminta untuk bertemu dengan mekanik yang menyervis pesawatnya. Mekanik muda itu menyesali kesalahannya. Airmata mengalir di wajahnya ketika Hoover mendekat. Dia baru saja menyebabkan kerugian dari sebuah pesawat yang sangat mahal dan bisa saja menyebabkan hilangnya tiga nyawa.

Anda bisa membayangkan kemarahan Hoover. Cacian dan makian bisa saja lepas dari mulut pilot yang teliti dan membanggakan ini. Tetapi Hoover tidak mencaci sang mekanik; dia bahkan tidak mengkritiknya. Alih-​alih, dia merangkul bahu mekanik itu dan berkata: ‘Untuk menunjukkan bahwa saya yakin Anda tidak akan melakukannya lagi, saya ingin Anda menyervis F-​15 saya besok.’